Assalamu'alaikum......Welcome to my blog..............

THIS IS ME...........
HALIMATUS SA'DIYAH

Minggu, 07 November 2010

penerapan strategi pembelajaran jigsaw

PENDAHULUAN
Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dalam pembelajaran, guru harus memahami hakikat materi pelajaran yang diajarkannya dan memahami berbagai model pembelajaran yang dapat merangsang kemampuan siswa untuk belajar dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Dalam konteks penyelenggaraan ini, guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dan berpedoman pada seperangkat aturan dan rencana tentang pendidikan yang dikemas dalam bentuk kurikulum.
Kurikulum secara berkelanjutan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan dan berorientasi pada kemajuan sistem pendidikan nasional, tampaknya belum dapat direalisasikan secara maksimal. Salah satu masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan di Indonesia adalah lemahnya proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan riil di lapangan, proses pembelajaran di sekolah dewasa ini kurang meningkatkan kreativitas siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi. Masih banyak tenaga pendidik yang menggunakan metode konvensional secara monoton dalam kegiatan pembelajaran di kelas, sehingga suasana belajar terkesan kaku dan didominasi oleh sang guru.
Model pembelajaran Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung pembelajaran kontekstual. Sistem pengajaran Cooperative Learning dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson, 1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah teknik JigSaw. Teknik JigSaw dianggap cocok diterapkan dalam pendidikan di Indonesia karena sesuai dengan budaya bangsa Indonesia yang menjunjung tinggi nilai gotong royong.
PEMBAHASAN
A.                Pembelajaran Cooperative Learning 
Falsafah yang mendasari pembelajaran Cooperative Learning (pembelajaran gotong royong) dalam pendidikan adalah “homo homini socius” yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial.
Cooperative Learning adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.
Menurut Anita Lie dalam bukunya “Cooperative Learning”, bahwa model pembelajaran Cooperative Learning tidak sama dengan sekadar belajar kelompok, tetapi ada unsur-unsur dasar yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu :
1. Saling ketergantungan positif.
Keberhasilan suatu karya sangat bergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain dapat mencapai tujuan mereka.

2. Tanggung jawab perseorangan.
Jika tugas dan pola penilaian dibuat menurut prosedur model pembelajaran Cooperative Learning, setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran Cooperative Learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing anggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok bisa dilaksanakan.
3. Tatap muka.
Dalam pembelajaran Cooperative Learning setiap kelompok harus diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti dari sinergi ini adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan.
4. Komunikasi antar anggota.
Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi, karena keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.
5. Evaluasi proses kelompok.
Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Format evaluasi bisa bermacam - macam, tergantung pada tingkat pendidikan siswa. Berikut ini adalah contoh dua buah format evaluasi proses kelompok untuk dua kelompok usia / kelas yang berbeda.
Contoh Evaluasi Proses Kelompok untuk Tingkat Dasar.
Evaluasi Proses Kelompok

1. Apakah kami saling membantu ?


 




                  Ya                                        Tidak

2. Apakah kami memperhatikan giliran berbicara ?



                  Ya                                        Tidak

3. Apakah kami sudah saling mendengarkan dengan baik ?




                     Ya                                          Tidak

4. Apakah kami ….. …………………..?




                     Ya                                          Tidak


Contoh Evaluasi Proses Kelompok untuk Tingkat Menengah atau Lanjutan.
Evaluasi Proses Kelompok
  1. Apakah setiap anggota kelompok berpartisipasi ?
    Selalu – Biasanya – Kadang-kadang – Jarang – Tidak Pernah –
  2. Apakah Anda ( dan rekan Anda ) sudah berusaha membantu yang lain mengutarakan pendapat ?
    Selalu – Biasanya – Kadang-kadang – Jarang – Tidak Pernah –
  3. Apakah anda sudah saling mendengarkan satu sama lain ?
    Selalu – Biasanya – Kadang-kadang – Jarang – Tidak Pernah –
  4. Apakah Anda menunujukkan tanda ( misalnya menganggukkan kepala ) bahwa Anda mendengarkan ?
    Selalu – Biasanya – Kadang-kadang – Jarang – Tidak Pernah –
  5. Apakah Anda memuji rekan yang telah bekerja baik untuk kelompok (misalnya mengungkapkan pendapatnya yang bagus) ?
    Selalu – Biasanya – Kadang-kadang – Jarang – Tidak Pernah –
  6.  Apakah ……………………………………………… ?
    Selalu – Biasanya – Kadang-kadang – Jarang – Tidak Pernah –

B.        Model Pembelajaran Inovatif Cooperative Learning
( Teknik Jigsaw )
Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends, 1997). Pertama kali dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Aronson dan teman – temannya di Universitas John Hopkins (Arends, 2001 ).
            Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4 – 6 orang secara heterogen dan bekerja sama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends, 1997).
Jigsaw didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 1994).
Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini terdapat kelompok asal dan kelompok ahli.
Ø  Kelompok asal (oleh Aronson disebut dengan kelompok Jigsaw / gigi gergaji)  adalah kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa yang heterogen / memiliki karakteristik yang berbeda – beda, baik dari segi kemampuan, asal, maupun latar belakang keluarga. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Jumlah anggota dalam kelompok asal ini menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Ø  Kelompok ahli, adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda dan ditugaskan untuk mempelajari dan mendiskusikan pembelajaran yang sama, menyelesaikan tugas – tugas yang berhubungan dengan topik materinya, serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan dan menjelaskan hasil diskusi tersebut kepada teman – teman dalam kelompok asalnya.
Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini lebih menekankan pada kemampuan proses, berpikir dan latihan, bertindak demokratis, pembelajaran aktif, saling memberi dan menerima, bekerja sama dalam memecahkan masalah, dan saling menghormati perbedaan dalam suatu kelompok / masyarakat.
           


Langkah-langkah dalam penerapan teknik Jigsaw adalah sebagai berikut :
  1. Guru membagi suatu kelas menjadi beberapa kelompok, dengan setiap kelompok terdiri dari 4 – 6 siswa dengan kemampuan yang berbeda. Kelompok ini disebut kelompok asal. Jumlah anggota dalam kelompok asal menyesuaikan dengan jumlah bagian materi pelajaran yang akan dipelajari siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Misal suatu kelas dengan jumlah 35 siswa dan materi pembelajaran yang akan dicapai sesuai dengan tujuan pembelajarannya terdiri dari 5 bagian materi pembelajaran, maka dari 35 siswa akan terdapat 5 kelompok ahli yang beranggotakan 7 siswa dan 7 kelompok asal yang terdiri dari 5 siswa. Setiap anggota kelompok ahli akan kembali ke kelompok asal memberikan informasi yang telah diperoleh atau dipelajari dalam kelompok ahli. Guru memfasilitasi diskusi kelompok baik yang ada pada kelompok ahli maupun kelompok asal.
Gambar contoh pembentukan kelompok Jigsaw ( terlampir )    
  1. Setelah siswa berdiskusi dalam kelompok ahli maupun kelompok asal, selanjutnya dilakukan presentasi masing-masing kelompok atau dilakukan pengundian salah satu kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok yang telah dilakukan agar guru dapat menyamakan persepsi pada materi pembelajaran yang telah didiskusikan.
  2. Guru memberikan kuis untuk siswa secara individual.
  3. Guru memberikan penghargaan pada kelompok melalui skor penghargaan berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran Cooperative Learning diantaranya adalah sebagai berikut :
  1. Kurangnya pemahaman guru mengenai penerapan pembelajaran Cooperative Learning.
  2. Jumlah siswa yang terlalu banyak yang mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga yang hanya segelintir orang yang menguasai arena kelas, yang lain hanya sebagai penonton.
  3. Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
  4. Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran.
  5. Terbatasnya pengetahuan siswa akan sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran Cooperative Learning dapat berjalan dengan baik, maka upaya yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :
  1. Guru senantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model pembelajaran Cooperative Learning di kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
  2. Pembagian jumlah siswa yang merata, dalam artian tiap kelas merupakan kelas heterogen.
  3. Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajaran Cooperative Learning.
  4. Meningkatkan sarana pendukung pembelajaran terutama buku sumber.
  5. Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran





KESIMPULAN DAN SARAN
Model pembelajaran Cooperative Learning tipe JigSaw sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran Indonesia. Selain  mengandung sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia yang menjujung tinggi nilai gotong royong pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini juga menekankan pada kemampuan proses, berpikir dan latihan, bertindak demokratis, pembelajaran aktif, saling memberi dan menerima, bekerja sama dalam memecahkan masalah, dan saling menghormati perbedaan dalam suatu kelompok / masyarakat..
Oleh karena itu, guru harus mulai mempraktekkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe JigSaw agar siswa tidak hanya mempunyai kemampuan akademik saja tetapi juga memiliki kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungannya.











DAFTAR PUSTAKA
Lie , Anita. 2002. Cooperative Learning-Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana.
Sudjana,N.1990.Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung : Remaja Rosdakarta.
Soelaeman,D.A.1979.Pengantar kepada Teori dan Praktek Pengajaran.Semarang : IKIP Semarang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar